Physical Address
304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124
BLOG BERITA TERKINI
BLOG BERITA TERKINI
Marak Kasus Pelecehan Anak di Lembaga Pendidikan, Psikolog: Timbulkan Guncangan Insecrurity : Okezone Lifestyle
KASUS pelecehan seksual, terutama pada anak-anak memang tengah banyak mencuat beberapa waktu belakangan. Berdasarkan data Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Jakarta, kasus pelecehan seksual paling banyak menimpa perempuan dan anak pada 2020 mencapai delapan kasus.
Kemudian pada 2021 mencapai tujuh kasus dan pada periode Januari-Juni 2022 kasus pelecehan seksual di Jakarta naik mencapai 15 kasus. Pada 2020 dan 2021, masing-masing terdapat dua kasus pelecehan seksual yang menimpa anak perempuan dan selama semester pertama 2022 terdapat empat laporan pelecehan seksual yang terjadi pada anak perempuan.
Psikolog klinis Ratih Ibrahim berpendapat, kasus pelecehan seksual pada anak berpotensi menyebabkan sang korban mengalami trauma yang mendalam. Menurutnya, berbagai kasus pelecehan seksual di lembaga pendidikan juga menyebabkan keraguan dan menghilangkan kepercayaan masyarakat terhadap institusi tersebut.
“Jadi dampaknya kepada masyarakat muncul goncangan insecrurity atau ketidakamanan dan kepercayaan luar biasa besar, dan pada korbannya itu rusaknya dahsyat banget,” ujar Ratih dilansir dari Antara.
Selain runtuhnya kepercayaan masyarakat terhadap institusi pendidikan berbasis agama, korban pelecehan seksual juga tak hanya “dirusak” secara fisik tapi berpotensi mengalami trauma berkepanjangan.
“Jadi pada korban efeknya luar biasa merusaknya secara seksual apalagi dilakukannya di lembaga yang semestinya suci, sakral dan dilakukan oleh orang yang semestinya justru menjadi panutan teladan dan tonggak moralitas,” ucapnya.
Dengan demikian, ia berharap institusi pendidikan dapat melakukan seleksi tenaga pengajar secara lebih ketat, dengan harapan bisa mencegah masuknya ‘penjahat’ dalam institusi tersebut. Selain itu juga penting melihat kepribadiannya dan integritas sebagai seorang tenaga pendidik profesional.
“Artinya bukan hanya berbasis pada kompetensi, penampilan, performa dan sebagainya. Kita harus menelisik kepada latar belakangnya secara jeli, kemudian value-nya dia terhadap nilai hidupnya, apakah dia menghormati kesucian, menghormati kemanusiaan dan menghormati anak didiknya sebagai titipan dari Allah kepada dia,” ucap lulusan psikologi Universitas Indonesia (UI) itu.